Blora Memulai Musim Tanam Pertama Di Tengah Kekeringan

Wakil Bupati Blora Arief Rohman (topi hitam) memulai tanam padi di Desa Ketuwan, Kecamatan Kedungtuban, Blora. MI/Akhmad Safuan

Di tengah banyak daerah di Jawa Tengah yang sedang menghadapi kekeringan, Kabupaten Blora justru sudah mulai memasuki musim tanam (MT) I. Areal persawahan seluas 110.00 hektare mulai digarap untuk meningkatkan produksi padi. Pintu air Waduk Kedungombo yang seharusnya sudah dibuka sejak awal Oktober, baru akan dibuka pada awal November ini akibat belum mencukupinya volume air yang tersedia. Sehingga MT I harus mengalami mundur hingga sebulan lamanya.

Kabupaten Blora merupakan salah satu daerah lumbung padi di Jawa Tengah. Dengan ketersediaan air mencukupi dari berbagai aliran, para petani dari beberapa kecamatan seperti Kedungtuban, Cepu, Kradenan dan sebagian Randublatung telah mulai melakukan penanaman padi perdana.

Penanaman padi perdana untuk menandai musim tanam pertama (MT-1) periode 219-2020 dilakukan di Desa Ketuwan, Kecamatan Kedungtuban, Blora. Melalui Gerakan Tanam Padi yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Blora, dan dihadiri Wakil Bupati Arief Rohman bersama Direktur Perlindungan Tanaman Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Edy Purnawan SP, Jumat (1/11).

"Alhamdulillah meskipun hujan belum turun, namun para petani yang ada di Kedungtuban, Cepu, Kradenan dan sebagian Randublatung sudah memulai musim tanam dengan memanfaatkan ketersediaan sumur air dalam," kata Arief Rohman.

Memulai penanaman di MT I ini, lanjut Arief Rohman, sebagai penunjuk eksistensi Blora sebagai lumbung padi di Jawa Tengah karena di wilayah ini dalam setahun bisa panen hingga tiga kali.

"Pemkab Blora berterima kasih kepada Bapak Edy Purnawan yang telah bersedia pulang kampung guna memberikan arahan, motivasi dan mengupayakan bantuan untuk kemajuan pertanian di Kabupaten Blora," imbuhnya.

Arief Rohman berharap ada program-program dari Kementerian Pertanian yang bisa dialokasikan ke Blora, sehingga sektor sehingga pertanian di wilayah itu bisa lebih baik lagi. Terutama dalam hal pemenuhan pupuk, pengadaan benih, bantuan alat pertanian dan sumur bor untuk pengairan.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Edy Purnawan SP mengapreasiasi kegigihan petani di Kabupaten Blora yang dikenal produktif meskipun sebagian besar lahan mengering.

"Petani Blora dikenal pekerja keras karena dengan lahan kering masih bisa menghasilkan komoditas padi, jagung, hingga kedelai. Bahkan  padinya surplus," imbuhnya.

Bisa menanam padi di musim kemarau seperti ini, ujar Edy Purnawan, merupakan hal baik. Sebab banyak daerah sawah tadah hujan belum bisa tanam. Sedangkan di Blora petani sudah memulai menanam padi. Ke depan kawasan yang kering dan minim air ditawarkan padi gogo dengan sistem intermiten, hanya memerlukan air sedikit atau macak-macak.

"Selain padi gogo, harapan kita bisa jagung, kedelai. Kita siap bantu benihnya. Sedangkan jika ada sumber air, kita siap bantu pompa untuk dialirkan ke areal persawahan," katanya.

Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Blora Reni Miharti mengungkapkan  target luas tanam padi Kabupaten Blora 2019, hingga September telah terpenuhi yakni 110 ribu hektare. Dan panen rata-rata 6-7 ton per hektare. Bahkan khusus di Kecamatan Kedungtuban yang dikenal sebagai lumbung padinya Blora dapat mencapai 8 ton per hektare. (OL-3)

Akhmad Safuan | Nusantara
https://mediaindonesia.com/read/detail/268903-blora-memulai-musim-tanam-pertama-di-tengah-kekeringan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar